Translate

Senin, 10 Februari 2014

Untuk Para PHP





GAMBAR: 500 DAYS OF SUMMER (FOX)

Udah risiko jadi penjual baju kalau ada yang datang ke tokonya, liat-liat, terus cobain di kamar pas, di kamar pas foto-foto, terus bajunya ditaro lagi, nggak dibeli. Tapi hati bukanlah baju, dan manusia bukan selalu tukang jualan, dan karena cinta bukan buat diperjual-belikan maka nggak sepatutnya ‘dicobain.’

Dalam kehidupan percintaan jaman sekarang, ada satu istilah yang sejak beberapa waktu lalu (udah lumayan lama sebenernya) sampe sekarang masih aja hits, yaitu PHP. Anyway, buat yang belum tau, PHP itu singkatan dari Pemberi Harapan Palsu. Gitu sih katanya.

Namun ada hal menarik yang terpikir oleh gue. Beberapa hal yang sebenernya sangat subjektif dan tergantung dari sudut pandang mana kita melihat.


Ada “harapan” dalam “Pemberi Harapan Palsu.” Yang menarik, kita nggak tau apa definisi sebenarnya dari harapan di sini. Apa yang membuat sesuatu bisa disebut sebagai harapan. Kalau misalkan kebaikan seperti ngingetin makan, ngingetin salat, ngingetin ngerjain tugas, nganterin ke sana-sini, nonton berdua, makan bareng disebut sebagai harapan, maka orang yang merasa jadi korban PHP itu melupakan dua jenis orang ini: orang yang baik ke semua orang, dan orang nggak enakan.
Orang yang baik beneran dan orang yang nggak enakan susah hidup di zaman sekarang. Orang yang baik beneran udah terbiasa memberi kebaikan ke siapa pun. Garis bawahi: ke siapa pun. Dalam kasus ini, si orang baik ya berniat jadi orang baik aja melalui kepedulian ke TEMAN dengan ngingetin makan misalnya, eh si TEMAN malah menangkapnya sebagai harapan.
Dalam kasus orang nggak enakan, sedikit beda sama orang baik beneran. Biasanya, kalau lagi suka sama orang kan bakalan ngajak jalan, ngajak makan, nah, si orang nggak enakan ini akan merespons ajakan jalan dan makan ini dengan “mau.” Tapi sayangnya, dia mau cuma karena nggak enak, bukan karena suka. Tapi si ‘calon korban PHP’ menangkapnya dia suka juga,… secara ya mau diajak jalan gitu.
Nah, karena si orang baik beneran dan orang nggak enakan sering berakhir dengan disebut PHP (padahal niat mereka baik), gue takut saking banyaknya orang yang nganggap kebaikan sebagai harapan, jadinya si orang baik beneran kapok melakukan hal baik lagi. Daripada disangka PHP kan. Terus orang baik jadi berkurang terus, lalu lenyap di muka bumi.
Oke, itu tadi sedikit bahasan orang-orang yang dianggap PHP padahal sebenernya nggak. Sekarang lanjut ke yang PHP benerannya.
PHP ini menarik, terutama kalau melihat gimana sepak terjang mereka. Seorang PHP biasanya punya kalimat-kalimat sakti buat mengalihkan si korban ketika mulai ada gelagat menginginkan komitmen atau status. Kalimat-kalimat itu seperti di bawah ini:
“Semua akan indah pada waktunya.”
Seorang PHP pasti udah fasih betul sama kalimat di atas, dan si korban PHP pasti udah hafal banget. PHP menggunakan kalimat ini sebenarnya buat mengulur waktu. Namun pertanyaan dari pernyataan di atas adalah: Kapan?… Terus indah, indahnya bagi siapa?… Waktunya? Waktunya, bukan waktu aku sama kamu, tapi waktunya?...
“Kita jalanin aja dulu.”
Pertanyaannya adalah… Sampe mana jalannya? Jalan mulu nanti keburu aus.
“Biarin mengalir aja dulu.”
Pertanyaannya adalah… Mengalir sampe mana? Mengalir? Lo kate ingus?!
“Kalo pacaran kan bisa putus, jadi enakan gini, nggak ada kata putus. 

GAMBAR: 500 DAYS OF SUMMER (FOX)
GAMBAR: 500 DAYS OF SUMMER (FOX)
Lihat wajah salah satu contoh PHP dalam film di atas? Iya, innocent. PHP identik dengan wajah innocent, tanpa dosa. Jika kamu pernah denger peribahasa “serigala berbulu domba,” maka PHP adalah sebenar-benarnya wujud peribahasa itu. Luarnya baik, dalamnya jahat.
Satu hal yang dilupain sama korban PHP yang percaya aja ketika diomongin kayak di atas dari seorang PHP: Iya, kayak gitu emang nggak ada kata putus, tapi tetep aja kalau dia ninggalin terus jadian sama yang lain… nyesek juga.
Dari semua ciri-ciri tadi, sebenernya yang paling gue bingungin bukan pelakunya, tapi korbannya. Entah pelakunya yang terlalu jago sampai korbannya terbuai, atau korbannya yang terlalu bodoh (dan ngarep) dengan mudahnya kemakan sama omongan kayak di atas.
Cuma mau ngingetin, kalau ujung-ujungnya pengin status dan komitmen, pas dia ngasih emot peluk-cium padahal belum ada status ketika chatting, ya nggak usah ditimpalin lah. Kalau dia ngajak sayang-sayangan, punya panggilan sayang padahal belum ada status, ya nggak usah diikutin lah.
Kalau kamu timpalin dan ikutin, ya berarti kamu dengan senang hati dan sukarela masuk ke perangkap dia. Kalau udah gitu, berarti kamu nggak ada bedanya sama PHP tadi. Kamu udah memberikan harapan palsu ke diri kamu sendiri. Dan kamu adalah seorang PHP juga, Penikmat Harapan Palsu.
Ibarat “kejahatan tidak akan terjadi kalau tidak ada niat dan kesempatan,”
Pemberi Harapan Palsu juga nggak akan terjadi kalau nggak ada Penikmatnya.
Pemberi Harapan Palsu + Penikmat Harapan Palsu = Hubungan Tanpa Status (dengan catatan, tetep aja kalau salah satu ninggalin gitu aja nyesek juga soalnya kepalang ngarep).
Semoga beberapa pemikiran tadi dapat membuka mata hati beberapa orang yang ngakunya jadi korban PHP orang lain, padahal dia sedang jadi korban PHP dirinya sendiri, jadi budak harapan-harapan yang timbul dalam dirinya sendiri.
Jadi, tulisan ini sebenarnya gue buat untuk para PHP, tepatnya untuk si Pemberi dan Penikmat Harapan Palsu.
Oya, kamu juga bisa dengerin SoundCloud gue tentang PHP di sini. Klik aja yang judulnya “PHP.”
Sumber : Dara Prayoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar